Rabu, 25 Agustus 2010

Mati Lampu dan PLN

Hari Rabu ini gue awali dengan membaca-baca beberapa blog yang gue ikuti.
Lalu di salah satu dari blog tersebut, gue menemukan sebuah notes yang didapat sang penulis dari sebuah notes facebook.

Sebuah notes yang ditulis oleh Bpk. Dahlan Iskan, dirut PLN.


Begini note-nya,

Risiko Dihujat

LISTRIK di Bandara Soekarno-Hatta Jakarta padam. Heboh. Ribuan penumpang ngomel, marah dan menghujat. Terutama menghujat PLN. Dan juga tentu menghujat saya. Apalagi mati listrik itu terjadi pada waktu puncak-puncaknya: menjelang jam penerbangan pertama, di hari Jumat yang lebih ramai daripada hari apa pun, dan menjelang bulan puasa di mana banyak orang akan melakukan perjalanan suci berbakti kepada orang tua, termasuk ke kuburan mereka.

Nama PLN yang selama ini sudah buruk itu hancur lebur di Bandara Soekarno-Hatta pagi itu. Bahkan, hancur di mata seluruh bangsa Indonesia. Sebuah headline surat kabar yang memang biasa mengkritik PLN menulis: Byar-pet telah memalukan bangsa!

Sungguh masuk akal bila hari itu tidak ada satu pun orang yang berpikir bahwa mati lampu di bandara tersebut bukan kesalahan PLN. Masuk akal juga kalau tidak ada yang berpikir bahwa bisa saja instalasi listrik di dalam bandara itulah yang mengalami gangguan. Bahkan aneh sekali. Mengapa UPS yang mestinya otomatis mengambil alih daya listrik secara darurat itu tidak jalan.

Begitulah hukum alam. Seorang koruptor yang istrinya dua dan rumahnya mewah akan kelihatan lebih jahat daripada seorang koruptor yang lebih besar tapi istrinya satu dan rumahnya biasa saja karena berhasil menyimpan uangnya di luar negeri yang tidak ketahuan siapa pun.

Ada cerita lainnya: Kontraktor Jepang, Mitsubishi, mengerjakan pemborongan pembaruan pembangkit listrik di Muara Karang, Jakarta. Alat beratnya menghantam instalasi listrik dan membuat sebagian kawasan Jakarta padam. Hari itu nama PLN juga babak belur. Masyarakat Jakarta sudah trauma. Bisa-bisa akan berbulan-bulan lagi terjadi pemadaman bergilir. Meski hari itu listrik bisa dipulihkan dalam waktu lima jam, tapi nama sudah terlanjur hancur.

Orang tahunya PLN itu memang sudah parah. Tidak mungkin Mitsubishi bisa salah. Pasti PLN yang salah. Apalagi pihak Mitsubishi yang semula sudah setuju untuk meminta maaf secara terbuka ke publik, akhirnya menolak. Alasannya kantor pusatnya di Tokyo tidak setuju. Saya memaklumi alasan itu, karena begitu perusahaan itu minta maaf akan sangat rawan gugatan. Siapa pun yang menggugat, Mistubishi akan langsung kalah. Sudah minta maaf, berarti sudah mengakui berbuat salah. Di mata Mitsubishi barangkali muncul logika ini: sekalian saja biar PLN yang salah.

Di kota Pematang Siantar (Sumatera Utara), masyarakat yang baru saja menikmati hilangnya pemadaman bergilir bertahun-tahun, menghujat PLN lagi. Kali ini listrik di kota itu memang padam cukup luas. PLN hanya bisa menerima hujatan itu, meski mati lampu tersebut sama sekali tidak disangka-sangka. Hari itu seseorang yang lagi marah mengamuk membabi-buta. Ini karena jaringan di rumahnya diputus akibat ketahuan mencuri listrik. Diam-diam dia pergi ke suatu tempat yang vital. Mengamuk dan memutuskan jaringan penting listrik di sana. Polisi memang berhasil menangkap orang tersebut, tapi kekecewaan masyarakat yang listriknya mati tidak terobati.

Di Cianjur Selatan (Jawa Barat) masyarakat juga marah. Hari itu hujan angin luar biasa hebatnya. Disertai petir dan halilintar. Jaringan di Cianjur Selatan putus. Pemulihannya memerlukan waktu lebih dari lima jam. Kali ini PLN benar-benar salah.

Setelah diperiksa, ternyata jaringan ini terlalu panjang tanpa dipasangi LBS di tengah-tengahnya. Jaringan ini panjangnya 15 kilometer tanpa LBS sama sekali. Seharusnya, setidaknya di tiap 3 kilometer dipasangi LBS. Dengan demikian kalau pun listrik mati karena bencana alam, akan lebih cepat memperbaikinya. Tidak harus lebih lima jam seperti itu. Bahwa petugas harus memulihkan jaringan itu sambil mengarungi hujan badai, itu sudah biasa. Tapi, bahwa tidak ada LBS di tengah-tengah jaringan panjang itu, memang kesalahan sistem di PLN.

Setelah kejadian itu, seluruh Indonesia diminta memeriksa di mana saja ada jaringan yang terlalu panjang yang tidak dipasangi LBS. Rasanya tidak perlu dijelaskan apa itu LBS, karena begitu banyak peralatan listrik yang memang sulit dijelaskan. Dan tidak perlu. Yang penting listrik jangan mati.

Ternyata memang banyak listrik mati akibat kesalahan sistem PLN seperti itu.

Yang terakhir ini kesalahan saya juga: Waktu saya ke Istana Bogor Jumat lalu, saya menyempatkan diri menemui dan berdialog dengan karyawan PLN di Bogor. Hari sudah malam. Di luar lagi hujan deras. Saat itulah radio panggil petugas PLN bersuara: Lima tiang listrik di lereng Gunung Salak roboh. Saya bertanya, jam berapa ini. Sekitar jam 22.00.

Saya terus mendengarkan dialog di pesawat komunikasi itu. Suaranya agak kurang jelas. Rupanya petugas di sisi sana lagi di tengah-tengah hujan. Dia sudah berusaha untuk bersuara sekeras mungkin tapi masih kalah dengan suara angin ribut. "Jurangnya dalam sekali," bunyi suara di radio komunikasi itu.

Dari seberang sana terdengar pertanyaan apa yang harus diperbuat. Jiwa saya terbelah. Di satu pihak saya membayangkan alangkah menderitanya masyarakat yang listriknya padam di lereng gunung Salak itu. Di lain pihak saya bergulat dengan perasaan: Akankah saya memaksa petugas itu untuk memulihkan tiang listrik di bibir jurang yang dalam di tengah kegelapan malam yang berhujan itu? Akankah saya harus mengorbankan jiwa mereka?

Saya tercenung agak lama. Kadang sebuah keputusan begitu sulitnya.

Bahwa PLN dan saya dihujat, baik akibat kesalahan sendiri maupun bukan, tidak bisa dihindari. Tidak ada resep yang lebih baik kecuali terus bekerja keras.

Saya hanya ingat ketika awal-awal membenahi Jawa Pos pada 1982. Waktu itu begitu lemahnya Jawa Pos sehingga orang Surabaya sendiri tidak tahu di mana alamat Jawa Pos di Jalan Kembang Jepun itu.

"Di mana sih Jawa Pos itu?"

"Di depan Bank Karman," jawab saya.

Bank Karman. Begitu kecilnya bank itu, tapi masih lebih terkenal daripada Jawa Pos. Maka timbul dendam dalam jiwa saya: saya harus membuat Jawa Pos setidaknya akan menjadi lebih terkenal dari Bank Karman! Kalau suatu saat ada yang bertanya di mana itu Bank Karman, akan saya jawab dengan gagah berani: di depan Jawa Pos!

Dendam yang sama kini muncul di jiwa saya. Saya harus membuat PLN lebih terkenal daripada bandara Soekarno-Hatta. Dengan demikian kalau suatu saat ada mati lampu lagi di Bandara Soekarno-Hatta, orang tidak lagi menghujat PLN. Saya serahkan kepada-Nya mengenai hasilnya. (*)

Membaca note tersebut, sekali lagi gue menyadari..
Gue, kita.. masyarakat Indonesia punya PR besar.
Memperbaiki mental tukang cibir yang malas berpikir apalagi berbuat sesuatu.
Jangan sok membandingkan dengan kemajuan negara lain,
ya jelas,
mereka mau bekerja lebih keras,
mereka mau berpikir lebih keras,
mereka berani menyayangi negaranya lebih keras.

Gue kagum dengan Pak Dirut,
gue kagum dan salut dengan mereka yang berani manjat-manjat tiang listrik di tengah hujan demi kita yang butuh listrik untuk nyalain AC guna mendukung tidur di malam hari, demi kita yang lagi tanggung nonton sinetron, padahal nyawa yang jadi urusan dan belum tentu si pak petugas punya AC di rumahnya (tapi masih dihujat juga).

Terimakasih ya Pak.
Saya bangga Indonesia memiliki Bapak dan PLN.
Saya percaya Indonesia dapat menjadi lebih baik lagi, lagi, dan lagi. :)

Selasa, 24 Agustus 2010

Gaul Jaya

Kemarin siang, gue melakukan perjalanan rutin ke Jp naik metromini 91.
Sekedar informasi, itu metromini mengantar gue sampe halte busway Sumber Waras dari Batu Sari (pertigaan tempat si bus mejeng setiap harinya dekat kampus gue, Binus).

By the way, beberapa waktu lalu gue mendapat message di inbox fb gue dari seorang anak perempuan yang menanyakan rute angkot arah ke Dadap. Dia bilang dia googling mencari rute angkot Dadap dan sekitarnya lalu mendapati blog gue di sana.
Lalu kami berkenalan (kemudian menjalin tali kasih, deng deng! Gak Gak! ngaco!).

Sejak itu, gue senang-senang saja mencantumkan angkot-angkot yang gue naiki beserta jurusannya, lumayan kalo-kalo ada kejadian serupa. :D

Nah, sedikit berbeda dengan sebelum-sebelumnya gue tidak sendirian. Gue melakukan perjalanan ditemani dua perjaka tampan (gue yakin mereka masih perjaka ting ting. hwahahahaha..yakin gak ya? yakin deh. hwahaha), Lolen dan Willy, dua teman baru gue yang baru hijrah ke Jakarta yang sebelumnya tinggal di Karimun.

Di siang panas itu ternyata adalah jamnya sekolah bubar, alhasil satu bus itu dipenuhi anak-anak sekolahan yang lagi sedap-sedapnya beraroma matahari (gak) segar.
Gue yang semula asik membaca buku, mau gak mau harus menghentikan kegiatan gue itu.
Selain supir bus kemarin agak heboh, gue jadi sibuk memperhatikan anak-anak sekolah ini, yang tampaknya berkisar SMP dan SMA.

Mereka heboh bergosip sambil teriak-teriak. Ada yang sok cool smsan, ada yang repooot ngajakin duduk bareng sama temennya (padahal yang satu udah terlanjur duduk di paling depan, yang satu di paling belakang), dan ada genk cowo-cowo yang eksis di belakang.

Gue jadi inget masa sekolah dulu (baru satu tahun yang lalu loh ya! *gamaudibilangtua*).
Baju dikeluar-keluarin, lengan baju ditarik ke atas.
Dasi di lepas, kadang dipake buat jeprat-jepret.
Dari SD sampe SMA, kurang lebih sama deh.
Bedanya dulu SD gue pake sepeda ke sekolah.
Sepeda Wim Cycle kuning mentereng, sepeda gaul gue yang tergauuull.. bwahahahaha

Rasanya kalo baju udah dikeluarin, dasi udah dilepas, lengan baju ditarik,
boleh plus aksesoris dribble bola basket, wuuuuuu..
berasa jadi orang paling gaul sedunia!
Bwahahahahaha...
Oh ada yang kurang, permen kaki!
Permen berbentuk kaki berwarna merah yang ada sedotannya (lolipop ya namanya?) juga jadi properti pelengkap style gaul gue dulu. Hahahahaha..
Ini style masa kejayaan SD gue,
SMP-SMA beda dikit, gak pake bola basket.
Tapi pake jaket yang lengannya ditarik sampe ke sikut.
Dan, cepol rambut setinggi-tingginya! Hwahahaha...

Cepol style masih gue lestarikan sampe sekarang.
Lalu bagaimana style gaul rambut gue jaman SD itu?
Ini yang baru gue sadari sedikit ga beres,

Baju keluar, gelang-gelang tali, lepas dasi, bola basket, ngemut lolipop,
rambut?
KUNCIR DUA pake KARET WAR
NA-WARNI.
Rambut gue agak panjang,
jadi karet-karet pelangi itu banyak jumlahnya,
melingkar-lingkar di rambut gue.
Damn!
Gaul sekali bukan? ckck..

Rabu, 18 Agustus 2010

Kita Sama Toh?

I'm sitting in front of my blank paper,
thingking what am I supposed to write about...

"Budaya adalah keseluruhan sistem sosial masyarakat. Bagaimana membangun Indonesia yang punya kebanggaan, keteguhan, tidak minder, dan malu korupsi?"


Itu tema yang akhirnya gue pilih untuk mengikuti sebuah kompetisi esai yang ditawarkan beberapa waktu lalu. Dan gue masih blank! hahaha

Tiba-tiba gue teringat 2 hari yang lalu gue duduk di sebuah studio stasiun Tv menonton sebuah acara bertajuk ekonomi secara live.
Berhubung gue gak ngerti sama sekali sama urusan perekonomian, gue berusaha menyimak dengan sebaik-baiknya.
Gue yakin alam semesta raya jadi saksi atas usaha gue hari itu untuk paling tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan.
Gak beda dengan beberapa teman gue,
alih-alih masuk Tv; iseng-iseng; pengen tahu, dan berbagai motif pribadi lainnya.

Membangun optimisme perkembangan perekonomian bla bla, kalo gak salah.. itu tema yang diangkat pada hari itu.
Semua penonton pada hari itu merupakan generasi muda,
berasal dari beberapa universitas di Jakarta dan sekitarnya.
Kecuali kami. hahahaha...

Gue duduk diantara mahasiswa hukum yang gue lupa darimana aja mereka berasal.
Awalnya usaha gue menyimak pembicaraan Bapak Menteri (yang kapan lagi coba gue bisa denger langsung kalo bukan dari tipi! hahaha) berjalan mulus.
Lama-kelamaan, kuping gue panas.
Cuma satu yang pengen gue lakuin,

balik badan,
POWWW!!!
ngasih bogem buat mereka yang duduk di belakang gue!

Tapi itu tidak gue lakukan! hahahaha..

Gue memang tidak terlalu mengerti dunia politik dan perekonomian.
Tapi gue sangat menghargai orang yang berbicara di depan itu tentang optimisme perbaikan bangsa.
Gue cukup kagum mendapati fakta bahwa Indonesia sebenarnya cukup berkembang pesat.
Sekarang menduduki posisi 20 besar dunia menjadi negara terkayaa.
Lumayan loh, pasalnya Indonesia seblumnya hampir terbawah.
Masih banyak yang kemarin akhirnya gue ketahui.
Di luar dari berbagai hal yang salah di negara ini.
Indonesia! kamu keren loh! kikikikik!

Nahhh!!!
Sepanjang pembicaraan di depan berlangsung, kasak-kusuk di belakang gue kian meriah.
"halaaahh.. bulsit! bulsit! bla.. blaa.."
"dasar aja, ngomong bisa, blaa.. blaa.."

dan yang paling sopan,
"bla..bla.. setanlah!"

Mereka tak berhenti mengkritik dan mencaci sepanjang acara.
Mereka mengenakan jaket yang menandakan mereka mendapatkan ilmu dan didikan layaknya generasi muda Indonesia yang memiliki pendidikan dan "dididik"!
Mereka memilih berkasak-kusuk di bangku penonton (dibelakang gue tepatnya) dibanding bertanya pada saat diberi kesempatan.
Mereka tak menyelipkan sedikitpun solusi ditengah kritikan mereka.

Sepuluh tahun lagi, gue pengen liat, mereka bisa ga si duduk dan berbicara di kursi yang sedang gue tonton itu?
Bisa lebih baik dari itu?

Ketika mereka mengkritik si Bapak di depan itu dan menyalahkan berbagai sistem dan para petinggi negara ini, bahwa semua itu adalah penyebab "ringseknya" Indonesia.

Maaf ya, adanya generasi muda kaya LO yang bikin jadi runyam!
Gue sadar, gue juga gak jauh beda sama lo,
pengeeeen banget rasanya gue langsung berbalik dan ngasi bogem.
Well kalo nyali gue ciut, mungkin paling engga.. gue akan mencaci.
Sama toh kita?

Kita sama-sama tukang kritik yang bahkan gak berpikir dulu?
Kita sama-sama cuma bisa main bogem?


Terimakasih teman, gue juga sering seenak jidat mengkritik dan meremehkan kepengurusan negara ini.
Malam itu lo bikin gue sadar, betapa "sampah" gue pada saat itu.
Terimakasih.

Belakangan ini gue belajar sesuatu,
untuk mencapai sesuatu yang besar, pasti banyak di tengah jalan yang kelihatan salah.
Banyak proses yang harus dilalui.
Demi sesuatu yang besar.

Jangan salahin pemimpin lo di tengah jalan,
jangan pilih dia kalo lo gak percaya sama dia.
Jangan berani-berani lo menghina dia kalo..
lo bahkan gak menghargai hak suara yang lo miliki dulu.

Waduh, udah jam 4! Selamat pagi! :)
Hoi jaket hitam dan hijau, semoga kelak kita (gak) berjumpa lagi!
Bwahahahaha..

Hal terakhir yang gue ingat sebelum pulang, gue berbicara nyaring-nyaring menyindir mereka yang gak jauh dari tempat gue berdiri dan Rica panik meminta gue diam dan masuk ke mobil buru-buru.
Hwahahaha.. Maap.. Maap.. Emosi. hahaha

Kupas (gak) Tuntas


Nama Acara : Kupas (gak) Tuntas
Host : Davy Vy
Guest Star : Silviana Huang
Lokasi : Studio Metro Tv

Hwahahahahahaha.. I'm serious!
I'm not lying!
But I'm just kidding.. :D

This pict is taken from our visit to Metro Tv's studio on last monday :D

Hemm.. well one day, I'll seat on that chair and have my real show :)

Oh! Maybe one day we can watch our "Kupas Tuntas",
LIVE! on our television! :)


*Kupas Tuntas is GM DKI B's Talkshow in BDI :)


Rabu, 11 Agustus 2010

San Ci Pa - 2

Oke, ini kelanjutan dari San Ci Pa bagian pertama.
Sebelumnya, ada yang bertanya kenapa judulnya begitu..

Alasan pertama, gue tidak terpikir judul yang lain.
Alasan kedua, san ci pa sering digunakan untuk sebutan "tipu-menipu" ala orang cina-cinaan.

Nah, kelanjutan nasib kelabilan gue dari yang sebelumnya, gue merencanakan penipuan yang lebih ekstrim (atau bisa dibilang lebih tolol).

Kali ini bukan lagi tentang si "No", sudah berganti cem-ceman (baca : gebetan) ceritanya.
Waktu itu gue pede seolah-olah sudah belajar dari kesalahan di masa lalu sehingga gue merasa sudah pasti lebih jujur.
Memang, penampilan.. sekolah.. gue gak bisa nipu (Nah loh? berarti kalo misal bisa, gue nipu lagi donk? hwaahhaha...).
Hingga suatu ketika, yang LAGI-LAGI di kali pertama gue pergi jalan sama dia.

*Oh Tuhan kenapa harus selalu di yang pertama?

Gue gak bisa menyalahkan nyokap gue yang waktu itu kekeuh meminta gue pulang ke rumah malam itu juga sepulang gue pergi jalan sama si cemceman ini.
Toh memang belakangan waktu itu gue kangen pulang.
Tapi di situ awal bencana terjadi.

Sehabis jalan, entah kena angin apa.. dia bisa-bisanya mau nganterin gue pulang ke rumah gue yang berlokasi di ujung daratan Jawa ini.
Oke, lebay.. di ujung deh pokoknya.
Dadap.. ada yang tahu? hwahahah...
Entah dia mau bergaya, ceritanya baik dan keren mau nganter gue atau gimana deh.
Akhirnya, meluncur deh saya menuju daratan Dadap.

Singkat cerita, gue gak pede sama rumah gue.
Gue puter otak (andai bisa dikocok mungkin udah gue kocok) sebisa mungkin supaya hari itu dia gak perlu mendaratkan gue di depan rumah gue.

Tiiingg!
Muncullah sang ide cemerlang!
Gue berniat "memindahkan" rumah gue ke rumah nenek gue.
Ngaku-ngaku rumah nenek gue itu rumah gue tepatnya.
Kebetulan rumahnya gak jauh dan selayang pandang, lebih nikmat dipandang dibanding rumah gue.
Gue menelepon nyokap gue berkali-kali dan secara DIAM-DIAM!
Bayangkan saudara-saudara! Betapa nikmat kencan pertama saya di malam itu!

Gue bernego sana-sini sama nyokap mengenai nasib identitas rumah tercinta.
Yang berujung "Udahlah, Nak. Pasrah aja. Kalo dia terima, ya terima apa adanya kita."
Lahhh...
Gue ngakak seketika (dia heran waktu itu), berasa kaya di sinetron.
Gue pasrah.
Bener-bener pasrah.
Tapi sejujurnya belum berlapang hati.
Gue berdoa!
Sumpah gue gak berhenti berdaimoku (baca : membaca doa) sepanjang jalan sampai bener-bener sampe di rumah.
Entah apa yang gue doain,
supaya ada keajaban yang mendukung kebohongan gue bisa terjadi,
atau supaya dia menerima apa adanya.

Well, beberapa bulan kemudian kalo gak salah..
Si cemceman sah jadi pacar gue yang pertama..
Berarti rumah gak jadi urusan, toh? ahahaha..
Dan sampai beberapa saat lalu gue baru habis ngobrol sama dia,
dan gue bertanya-tanya.. dia tahu gak ya waktu gue telponan sama nyokap?
Masa gak tau sih?
Kalo diinget-inget gue bodohnya telponan di belakang dia deh! bwahahaha...
Ya sudah lah, kapan-kapan gue tanya ahh.. hahaahaha...

Yaa.. belakangan ini gue akhirnya menyadari.
Bukan dia yang harus menerima gue apa adanya,
tapi...

Gue!
Gue yang harus berani melihat siapa diri gue.
Gue yang harus menerima diri gue,
seperti apapun itu..
jeleknya.. bagusnya..

Ya.. itulah saya.. Davy :)
Seperti apapun rumah gue, dimanapun lokasinya..
Sekolah gue.. Sikon ekonomi gue..
Semuanya.. :)

Termasuk hal yang baik yang bisa gue lakukan!
Termasuk apa yang bisa gue karyakan! :)

Davy,
menunggukapan
adakencanpertamanya
lagi...
*yang menyenangkan ya pastinya! hwaahahaha..

San Ci Pa - 1

"Udah sampe dimana, Dev?"

"Bentar yah, masih dijalan nih, maceet No!" (sebut saja No-padahal emang sebutan aslinya, bodo ah! hwahahahah)"

"Kok berisik banget Dev? emang udah dimana?"

"Duh bentar yah, lagi buka kaca nih, makanya berisik banget, No."

"Oh.. Oke.. cepetan yah"

Singkat cerita itu adalah pembicaraan gue sebelom berjumpa dengan tambatan hati (tepatnya "kasih gak kesampean") waktu itu di MTA.
Hari itu setelah lama bersusah payah akhirnya kami dapat berjumpa.
Senang tak terkira, deg-degan, takut, berjuta indahnya!

Tapi, ada yang kurang indah ternyata.

"Tadi macet banget yah? Nyetir sendiri yah Dev?"

"Heem? oh.. iya nih"

.........

Begini, gue naik Kopaja. Kopaja 95 jurusan Rawa Bokor-Tmn. Anggrek tepatnya.
Gue memang buka kaca, tapi mau itu kaca dibuka atau enggak, namanya di bus,
pasti berisik gak karuan.
Ya ada yang lagi ngamen, ada yang nagih uang ongkos, ada yang nangis,
belom lagi yang paling meriah ya bunyi "greeengg.. greeengg" dari mesin kopajanya itu sendiri.
Buka kaca apa coba?

Gue tidak nyetir sendiri.
Kecuali pada saat itu gue nyetir kopaja di hari yang boleh dikatakan kencan pertama itu (ce elah, kencan loh! hahaha).
Astaga, gak kebayang gue nyetir kopaja! hwakakakakka!
Gue naik angkot!
Bukan naik mobil pribadi seperti yang dia kira ataupun yang gue "iyakan''.

Itu hanya secuil kecil bohong-bohong dodol yang gue lakukan.
Gue men-setup penampilan gue sedemikian rupa untuk bohong sama dia.
Gue bohong tentang sekolah gue.
Gue bohong tentang pulang sekolah yang gue naik angkot (kalo gak salah dia kira gue sama seperti dia, pulang pergi adem ayem naik mobil pribadi atau sejelek-jeleknya nebeng mobil temen).

....

"Tinggal dimana si sekarang, Dev?"
"Daera Tangerang situ deh No, tau gak? gak jauh-jauh amat dari Cengkareng."
(iya, gak jauh-jauh "amat" ya neng? hwahahaha)
"Gue di Kosambi Dev, lo dimananya?"
"Loh? Gue di Kosambi juga kok, No?"

Sungguh pada saat itu gue tau "Kosambi" versi dia dan punya gue berbeda "Jauh", well ya gak jauh-jauh "amat" lagi ya! hwahahaha..
Tapi gue menyama-nyamakannya.
Untung dia gak nyari alamat detil gue karena gue akhirnya membuat dia pusing dengan berbagai jurus kamuflase alamat.
Entah jenius atau bodoh sebenernya gue pada saat itu.
Rasanya bedanya tipis.

Apalagi ya yang gue bohong-bohongin ke dia?
Ah bohong paling terakhir yang paling asem itu..
tentang perasaan gue deh kayaknya. loh? hwahahah..

Ini terjadi sekitar.. emm.. berapa ya?
Kalo gak salah, setahun lebih yang lalu.
Eits apa hampir 2 tahunan deh.. hahaha

Ini kisah awal gue mulai berbohong bukan untuk urusan tidur siang ke nyokap,
ataupun berbohong untuk pergi ke mall sama temen-temen gue yang dulu pernah gue lakukan.
Ini kasus berbohong ala abg labil..
Yang harus belajar.. :D

Hayo.. belajar apaa? :) :)



Jumat, 06 Agustus 2010

Monyet Jatuh Cinta

Bwaaa! hwahahaha..

Ini adalah muka dari cinta monyet saya semasa SD!!!

Hayoo tebaak yang manaaaa?
Kiri, tengah, kanan?

Sungguh gue gak sengaja nemu foto ini..
*maap ya yg punya poto, saya pinjem.. hahaha..

Orang yang bersangkutan terakhir kali gue ngobrol (sekitar setengah tahun lalu), sedang berada di negara antah berantah, mengejar impiannya.
Dia mengingat gue dengan sambutan "oh! si item itu ya???"
Asem! hahaha..

Hya..yaa.. Dia kakak kelas gue dulu.
Dulu dia sering ke kelas gue buat minjem komik KariageKun.
Kalo jam olahraga, dia suka nongol.
Kalo gak salah, pertama kali gue telponan sama anak cowo itu sama dia deh dulu.
Dan dasar anak SD, kalo diledek pasti ujung-ujungnya maen kejar-kejaran.
Nah suka tuh dulu begitu. hahahaha....

Dan yang paling gue inget dari dia, dia tu.. emm..
Ya bisa dikatakan menyelamatkan gue waktu gue sama temen gue berantem sama kakak kelas.
Dasar bocah, dulu suka banget sama yang namanya berantem-berantem. hahahaha..

Nah dia tuh yang dulu menyelamatkan pipi gue waktu nyaris dipukul sama kakak kelas gue yang juga temennya.
Entah dia masih inget apa enggak tu ya? hahaha..

Coba bayangin deh adegannya, indah banget kan tuh? hahahaha..
Jaman dulu, kalo disamperin kakak kelas kan keren juga.
Waduh berbunga-bunga deh pokoknya! hahaha

Well,
Gudluck ya di sana!

Langgeng-langgeng sama pacar!
Sukses yah! :)

Love. Love. Love

I Love

Tauge. Alicia Keys. Jakarta. BDI. Samurai X. Metromini 91.
Singing. Writing. Black. Waffle. Chatting. Blogs.
Miiko. Brown teddy bear. Blazer. Terong Balado. Ketoprak.
Afternoon grey sky. Pizza. Sleeping in a rainy day. Fireworks.
Kwetiauw . Photo. Necklace. Nicholas Sparks's books. Stars. Burger King. Coffee.
Radio. Trans Jakarta. Indonesia. Green. Jalan Padang.
Love story. Onion Rings. Dancing. Princess Diaries.
Jazz. Noodles. Maliq n d'essential. Bolster. Novel. Chantal Kreviazuk.
Kopaja 95. Sushi. Grey. The Simpsons Family

Sandwich. Pancake. Gorengan. Cicongfan. Leker pisang. Batagor.
MTA. Laughing. Dreaming. Yahoo messenger. Green Tea.
Lemon Tea. Ultraman. Cold Chocolate Milk. Go! Girl Magazine.
and You :)

Thanks for your time reading
these unimportant things. :P
♥♥♥

Selasa, 03 Agustus 2010

He's Just Not That Into You

I had a late nite chat on the phone with my friend last night..
She's one of my best friends.. :)

We had a fun girl's talk.
When love, life lessons, and dreams are blended in. :)
And a little gossip also.
*yakiiin a little?? hahahaha
Don't you ever named it a girl's talk if a gossip doesn't "rocks" on it! hahaha

Oke, berhubung pembicaraan itu memakan waktu selama 3 jam!
Jangan meminta gue menuliskan apa isinya, sama aja dengan gue membuat script sinetron atau telenovela.

Beberapa malam ini dia lagi dilanda gundah gulana hebat (dan rempong, baca : repot).
Biasalah, urusan anak muda.
Cinta-cintaan menjadi biang recok.
Hari ini dia karokean, gue gak bisa ikut. hehehe
Gue berharap dia dangdutan atau apa deh, ngerock juga boleh.

Ohh.. gue merekomendasikan dia sebuah lagu dengan potongan lirik seperti ini,

I know
You don't really see my worth
You think your the last guy on earth
Well I've got news for you
I know I'm not that strong
But it won't take long
Won't take long

Coz someday, someone's gonna love me
The way, i wanted you to need me
Someday, someone's gonna take your place
One day I'll forget about you
You'll see, i won't even miss you
Someday, someday

Lagunya Nina yang judulnya Someday.
Enak loh, salah satu lagu patah hati terenak sepanjang masa.
Hwahahaha..
Hei kawan, sometimes S**T happens :D
But it doesn't always became s**t if you make it sweet!

Maybe he's just not that into you!
FACE it!

Ce elah..hahahaha..

Kayaknya dia sekarang lgi telponan sama si "itu".
Apa yang terjadi ya habis ini?
Semoga gue mendengar kabar baik. hahahaha..

Anyway, seneng cerita-cerita sama dirimu, kawan.
Gue jadi belajar banyak hal dari lo :)
Kapan-kapan gue jadi ah nginep beneran di rumah lo.
Kita cerita-cerita sampe matahari terbit.
Apa kali tuh yang mau diceritain ya?
Hahaha...

Davy,
yanglagi
pengenmeluk
temantemannya :)

Senin, 02 Agustus 2010

Me and My lost Treasure

Rasanya udah lamaaa banget gue gak melakukan apa yang tadi gue lakukan.
Ritual sepanjang masa yang dulu selalu gue lakukan,
kalo-kalo gue bepergian kemanapun.

Sepulang dari Central Park tadi, gue menaiki bus 91 yang melaju ke arah Batu Sari, pertigaan tempat biasa gue turun dan berjalan menuju kost tercinta.

Dear John.
a Nicholas Sparks's novel..
Sisca bought it for me :)
(makasih ya kaikai :D )

Begitu mendapat tempat duduk yang luckily tepat di samping jendela dan dibawah lampu,
gue buru-buru membuka plastik si novel dengan segala kehati-hatian. Hahaha (sayaang abisnya.. aduduh..hihi)
Jadilah perjalanan pulang gue ditemani Novel baru, sepoy-sepoy angin malam, dan penumpang bus lainnya.

I miss the moment a lot!
Gue gak sadar udaah lamaaa banget gue meninggalkan kebiasaan itu.
Terlebih sejak gue berhenti mengumpulkan novel-novel dan buku lainnya.
Padahal, I swear.. can't live without it.. (hooo..hahaha)
Gue hampir lupa betapa cintanya gue menghabiskan waktu gue untuk "melanglang buana" dengan khyalan gue dibantu oleh si novel-novel itu.
Betapa gue seneeeng banget sama cerita-cerita itu.

Gue bukan pembaca yang bisa disuruh memutar otak kesana-kemari.
Begini-begini gue pecinta novel-novel romantis.
hahahaha...

Gue menghentikan kesenangan gue membeli buku sejak sedikit berseteru dengan kantong.
Yah bisa sih pinjem-pinjem temen, tapi rasanya beda loh sama beli.
Dulu gue bisa memandangi rak buku gue hampir setiap malam sebelum gue tidur.
Semua tersampul rapih, bening, dan berbaris cantik.
Oh hartaku! hahahaha..
Sedikit cerita, dulu itu banjir melanda dan mereka..yahh..harta kesayangan gue akhirnya hanyut beserta raknya yang hancur.
Oh mai jods, hancur hati!
hahahaha..

Well, gue dulu bermimpi punya rak raksasa di kamar gue yang memejeng semua buku-buku gue.. Belakangan gue lupa sama impian itu.
Gue menghentikan upaya gue mengumpulkan buku-buku.
Gak seperti dulu gue dilarang beli buku, gue ngumpet-ngumpet terus berjuang membeli sampai akhirnya ketahuan dan malah dibeliin deh. hahaha
Ahh!
Gue mau ngumpulin buku lagi.
Gue mau punya rak raksasa itu di kamar gue nanti.
Dulu hampir setiap malam sebelum tidur juga ini gue bayangin.
Wah..ngebayanginnya aja udah kangeeeen banget.. :)

Senang rasanya ingat sama impian ini, ketemu lagi satu impian gue yang sempet hilang belakangan ini.
Okeh!
Gue akan kembali mengumpulkan buku-buku itu, eits.. harta-harta gue. hahaha
(dulu nyokap gue sering menyebut buku-buku itu adalah harta gue, misal ada saudara gue mau liat-liat atau pinjam, nyokap selalu bilang sama mereka begini, "ati-ati ya, hartanya si davy tuh, bisa ngamuk dia!" hahahaha)

Wahai toko buku, aku akan berusaha supaya bisa sering-sering berkunjung dan menukar uangku dengan barang daganganmu!
Tunggu yah!

Wahai Bapak Pengrajin kayu, saya akan berusaha untuk bisa cepat-cepat memintamu membuatkan sang rak impian yang akan menghias kamar tidur saya kelak.
Tunggu yah!

Wahai hartaku, tunggu kujemput kaliaan ya! Sebentarr! hahahha

sekali lagi, makasih ya kaikai :)
hihihi... senang sekali saya menyambut novel ini :)
rindu tak terbendung membuka plastik buku baru. hwahahaha...

Davy,
senyumsenyum,
hatihangat,
bersemangat! :)