Selasa, 10 Mei 2011

Kota Tapi Pinggir, Pinggir Tapi Kota

Semalam gue dan temen-temen gue membahas soal masalah pergaulan.
Bukan kurang kerjaan, tapi kita memang lagi ngumpul untuk sebuah tujuan mulia, menemukan spirit kontingen untuk di bawa ke REACH nanti. (klik REACH-nya kalo kamu mau tahu apa itu REACH, iklan sedikitlah. hehe)

Spirit itu semacam suatu perubahan yang ingin lo bawa bagi diri sendiri maupun kontingen yang akan maju di REACH nanti. Kerenkan?
Makanya spirit ini gak boleh ASJAD - asal jadi, karena perubahan ini tentu akan berdampak besar buat diri lo sendiri dan orang lain, dalam kasus ini, orang lain di sini buanyak jumlahnya.
Mungkin kalo lo baca tulisan-tulisan gue sebelomnya (amin dan terimakasih. hahaha), lo gak terlalu asing lagi soal ini. Dimana setahun yang lalu gue maju memimpin kontingen DKI Jakarta dengan spirit 'BERANI MENGEJAR PASSION' dimana nama kontingen gue pada saat itu 'ACTION (Act Your Passion!)'.
Bangga berjuta-juta ngetiknya. hehehe...

Nah kembali ke obrolan semalam.
Selama kurang lebih 3 jam, kita ngobrol tentang kenapa jadi anak muda gaul itu susah, terutama di tengah para pelaku bincang malam tersebut.
Dilema susah gaul antar kelas jadi trending topic malam itu.

"gue pengen banget temenan sama si A - sebut saja Nicky (bahaha..), tapi takut ga nyambung... Dia keren banget, gue pengen kaya dia, punya mobil, bla.. bla.. blaa"

"kalo punya duit, gue yakin gue bisa gaul sama si B - sebut saja Nala, kalo sekarang gue nyapa aja takut."

Kurang lebih begini kutipan-kutipan dialog semalam. Makin malam, rasanya jadi malam curhat yang kalo boleh gue kasih judul..
"Curahan Hati Abege Kere' (pinggiran) Jakarta kota Metropolitan".
Menjual gak judulnya?

Rata-rata di ruangan itu jadinya merasa bahwa kalau kaya baru bisa gaul, sama yang kaya terutama.
Masalahnya, di ruangan itu, yang bisa dikatakan kaya, paling cuma 2.
Kayaknya itu juga.
Dan masalahnya lagi, kalau nasib baik, iya bisa kaya (entah berapa lama lagi itu).
Kalau nasib kurang baik, udah makan waktu lama tapi gak kaya-kaya juga?

Masalah kurang gaul ini sadar gak sadar bikin kita 'gak kemana-mana'.
Dalam arti, lingkup pertemanan kita sempit.
Mungkin banyak, tapi di situ-situ aja.

(Mungkin lama-lama gue kenal dan dikenal oleh warga satu Dadap! bwahaha... banyak, tapi gak kemana-mana..).

Parahnya lagi, ini juga salah satu yang baru gue sadari semalam,
hal ini bikin kita 'gagap' beretika ketika harus berhadapan dengan orang lain, terutama ketika mendapati dunia yang lebih luas dan kelas yang lebih beragam.

Saat ini gue sendiri sedang ketar-ketir, gue dihadapkan pada sebuah kesempatan yang gue idam-idamkan, tapi di satu sisi, tuntutan kapasitas beretika gue jadi PR besar yang bisa jadi batu sandungan.

Malam itu, gue merasa ini gak hanya jadi batu sandungan buat gue.
Tapi kami semua di ruangan itu, mungkin kelihatannya oke-oke aja, tapi begitu dilihat baik-baik, kami memiliki dunia yang sangat sempit dibalik keinginan-keinginan kami yang sangat besar, dan tentu saja membutuhkan space yang lebih besar.
*miris*

Gue gak berasal dari hutan belantara, tapi dari pinggiran kota.
Kota tapi pinggir.
Pinggir tapi kota.
*serba salah* - padahal gak ada yang salah.

Latar belakang lingkungan tempat tinggal dan keluarga gue isinya layaknya gambaran pinggiran kota yang mungkin pernah lo dengar.

Problem ekonomi menengah kebawah (cenderung melarat), ada yang bapaknya tukang judi, tukang tipu, tukang main cewek, ibunya jadi bandar singapur (sebutan untuk semacam perjudian), kabur ninggalin anak pergi ke Taiwan. anak broken home, sekolah belom selesai udah hamil, dan semacamnya.

Kami di ruangan itu berangkat dari garis latar belakang yang hampir sama.
Mungkin ada yang lebih baik, ada yang lebih buruk.
Mungkin benar, punya duit akan bisa bikin lebih gampang.
Itu akan jadi 'tiket masuk' ke pintu pergaulan manapun.
Tapi malam itu gue juga percaya ada hal lain yang pasti bisa jadi 'tiket masuk'.

Mungkin iya, karena latar belakang kita bukan siapa-siapa atau bukan apa-apa (mungkin itu orang tua, keluarga, ekonomi), akan jadi lebih sulit.
Tapi, jadi sesuatu dengan latar belakang oke, itu biasa. Tapi kalo kita jadi siapa-siapa (jadi sesuatu) dengan latar belakang biasa aja, itu baru keren! -inget kata-kata Renny Turangga. hehehe...

Well, saat ini kami masih mencari tiket lainnya itu.
Nanti kalo udah ketemu, gue bagi.
Kali berguna buat sesama bokek. *loh*
hahahaha....


2 komentar:

  1. "gue pengen banget temenan sama si A - SEBUT SAJA Nicky (bahaha..), tapi takut ga nyambung... Dia keren banget, gue pengen kaya dia, punya mobil, bla.. bla.. blaa"

    "kalo punya duit, gue yakin gue bisa gaul sama si B - SEBUT SAJA Nala, kalo sekarang gue nyapa aja takut."
    SEBUT SAJA?? wakakaka

    BalasHapus