Balada anak tunggal,
diangkat dari kisah nyata anak-anak tunggal yang penuh liku (haha).
berbagai duka lara, kisah bahagia, asam manis jadi anak tunggal akan dipaparkan disini.
oke, ngaco. apa-apaan coba.. (alay!:D )
begini, nama gue Davy. anak semata wayang dari Bapak Emaknya.
nama ini sering membawa gue ke masalah kerancuan gender. mendengar nama itu, semua (hampir) mengira gue anak laki-laki, sungguh berterima kasih pada mereka yang mengeja nama gue dengan tepat "Devi" dan tau bahwa gue anak perempuan.
gak salah mereka juga sih, konon katanya nama ini dibuat dengan niat dibaca dengan lafal bahasa Inggris, tapi ya lebih baik jangan macem-macem deh.
tapi gak jelek juga, gue dengan senang hati mendapati "Davi" sebagai panggilan gue.
boleh juga, paling enggak, belum nemu "Davi" versi perempuan.
lahir ke dunia sebagai anak tunggal ternyata enak juga.
apa-apa mainnya sendiri, beli makanan buat sendiri (serakah), semua dimonopoli sendiri.
dari dulu gue terbiasa main sendiri di kamar, ngomong sendiri (aha!), berkhayal, dan lain-lain.
nah, masalahnya adalah, namanya ngomong sama tembok (sama arti dengan ngomong sendiri), apa yang diomongin akan mental kembali dengan sendirinya. singkat kata, sendirian.
temen ada dijam sekolah atau kuliah. orangtua ada sepulang kerja (itupun beda rasanya dengan kita ngomong sama yang seumuran-sedunia dan sepikir :D).
belakangan ini gue menyadari bahwa tampaknya perlu dibuat "klan" khusus anak-anak tunggal.
beberapa yang gue kenal (dan terimakasih mereka rupanya adalah teman gue) tampaknya merasakan hal yang sama.
kalo seneng, marah, atau "mentok", sering eror sendirian. lucu sih.
tapi kadang sendirian itu menyebalkan.
ih, bener deh.
tapi tolong dimengerti bahwa sering kali sendirian itu menyenangkan! sungguh!:D
sesuai dengan ikrar gue tadi sore dengan sesama anak tunggal di ujung sana,
gue mau bikin ahh...
"Balada Anak Tunggal"....... jreng..jreng.. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar