Kamis, 11 Februari 2010

RiePie dan Jalan Mencang-Mencong

kami berpelukan dan menangis tumpah ruah bagai 2 ekor kambing yang mau disembelih.
ya gak sejelek kambing nangis juga sih tapi boleh dibilang, mirip.
2 ekor kambing cantik-yang sedang tidak cantik.

dan balada anak tunggal kembali dimainkan.

kami adalah dua anak tunggal yang merasa lain aliran, tidak sepikir, beda bentuk, dan pisah generasi.
entah ada apa, dalam waktu singkat, kami merasa "seolah" sealiran, sepikir, bentuk tetap beda, generasi sedikit mendekat.

kami suka berimajinasi bodoh (ahh, jadi ingat kisah babi ngepet hasil modifikasi kami berdua di tengah malam, sungguh nista-suatu hari kalo gue merasa itu layak, gue tulis ah).

kami sering membuat hipotesa bodoh semata-mata demi hiburan. kami suka memakai kostum kembaran yang kadang tak disengaja (menujukkan kontak batin yang sesat, bukan?).

kami sering mengabadikan moment indah bersama dalam berbagai ekspresi ga karuan (gue jembreng nanti apa yang dimaksud "ga karuan" itu).

kami sama-sama masih kecil untuk dunia.
kami masih punya mimpi-mimpi yang masih harus dikejar.
kami sama-sama percaya akan segala sesuatu yang ajaib menanti kami (entah apa itu).

dan hari ini kami berpelukan erat di bawah tangga menyambut awal jalan ajaib kami.
jalan yang terpisah.
tapi kami percaya, namanya juga ajaib (seperti kami yang ajaib ini. :D),
pasti jalannya akan baik bagi kami, mencang-mencong seperti apapun itu.

nb : walau umur uda gak cocok ngomongin sahabatan cengeng begini, tapi mau apalagi.
baiklah, sungguh berterimakasih padaMu mempertemukan kami (kaya mau nikah? hoeek).

2 komentar: