Minggu, 21 Maret 2010

Luffy dan Davy

Kemarin ini, dalam rangka kompetisi pemilihan calon captain untuk kontingen DKI sentra B nanti, kami diminta memilih salah satu karakter One Piece yang serupa dengan karakter yang kita miliki.

Sebenarnya begini ya, dari begitu banyak alasan yang ada, mengapa gue merasa mirip dan akhirnya dengan terpaksa memilih Luffy adalah karena gue (yang juga menurut pendapat kawan-kawan saya) heboh-heboh bodoh. Alasan ke dua ialah karena tidak tersedia si Po dalam pilihan-pilihan tersebut, jadi ya sudahlah. Luffy juga keren kok. Alasan ke tiga, nama kami sama-sama diakhiri dengan bunyi “vi/fy” (huruf F dan V beda tipislah).

Tapi saya berani mempunyai impian yang besar, saya berani “mendobrak” apa yang mereka bilang itu sesuatu yang tidak mungkin. Saya tidak suka menyerah, walau dalam menghadapi sesuatu cenderung “kejedot” sana-sini. Toh yang penting kesampean. Benjol ya sudah. Luffy juga berani tabrak sini-sana demi mencapai impiannya menuju Greenland. Yang penting hajaar!

Luffy tidak dapat mencapai impiannya hanya dengan sendirian. Luffy memiliki sahabat-sahabatnya. Ia menyayangi sahabat-sahabatnya itu. Baginya, mereka yang juga memiliki impian masing-masing, sangat berharga. Ia percaya dengan mereka yang bersama-sama berjuang, akan mampu menggapai apa yang mereka impikan. Saya senang bersahabat dengan orang lain. Saya juga sering menyusahkan mereka, membuat mereka tersasar, membuat mereka harus bangun lebih pagi untuk membangunkan saya setiap pagi, numpang mandi, numpang ngeprint, mengganti nama-nama mereka seenak jidat, memaksa mereka menuruti apa yang saya mau, macem-macem (itu hanya segelintir kecil, sungguh). Mengapa mereka masih mau bersahabat dengan saya, rasanya itu hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Tapi sungguh terimakasih karenanya. Bener deh. Luffy dan saya, senang dan bangga kepada sahabat-sahabat yang kami miliki. Senang rasanya bisa saling berbagi, bisa berjuang bersama, bisa ngegosip bersama (yakin deh, Luffy juga suka ngegosip di kapal, sayang aja ga diceritain di komiknya).

Tapi sebenarnya gak jelek-jelek amat juga, saya bisa menjadi teman bicara yang baik (itu sudah satu paket dengan mendengarkan), walau terkadang sok bijak, apa yang saya berikan kadang lumayan benar. Saya senang memberi semangat pada sahabat-sahabat saya, karena saya sebal melihat mereka (dan saya juga sih sebenarnya) yang sebenarya bisa melakukan sesuatu tapi banyak sok takut dan akhirnya jadi takut beneran. Yah kadang memang ada yang mendapat sesuatu lalu jadi “brekele”, wajar sih, tapi saya gak betah melihat yang “brekele” lama-lama makanya saya senang menyemangati orang, walau kadang jadi mirip marah-marah, tapi percayalah bukan itu maksud saya.

Di luar daripada itu, Luffy melakukan petualangannya, bisa memiliki sahabat, gigih mengejar impiannya, karena ia menggunakan hatinya. Ia berani membuka hatinya pada orang lain sehingga orang bisa benar-benar mengenal dirinya dan mau menjadi sahabatnya. Ia tidak menjadi bajak laut menyedihkan yang merana di tengah laut karena ia memiliki sahabat-sahabatnya. Coba bayangkan ia melaut sendirian? Tragis.

Ahya, kesamaan kami lagi adalah, jika ia bisa melar sana-sini, saya juga bisa. Cuma bedanya ialah, kalo dia bisa melar di seluruh bagian tubuhnya, saya terbatas pada perut. Bahkan bisa melipat. Gak jauh beda lah ya? Baikah, sekian. :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar